Jumat, 23 Juni 2017

Konfigurasi DHCP Server Pada Debian 5

Pada postingan kali ini saya mencoba untuk memberikan tutorial pada teman-teman semua tentang cara konfigurasi DHCP server pada Debian 5 menggunakan VMware. Iso Debian 5 bisa kalian download disini. Sedangkan VMware bisa kalian download disini. Kemudian lakukan installasi VMware pada PC/Laptop kalian lalu install iso Debian 5 pada VMware yang sudah diinstal tadi. Langsung saja kita mulai langkah- langkahnya.

1.      Buka Iso Debian 5 di VMware, ketika sudah masuk virtual OS selanjutnya buka terminal seperti gambar dibawah ini :

2.      Masuk ke root dengan perintah su, lalu masukkan password adminnya.

3.      Mulai dengan mengatur IP address di OS Debian ini yang nantinya akan dijadikan server. Caranya buka nano editor dengan mengetikan perintah nano /etc/network/interfaces dan akan muncul GNU nano network seperti gambar dibawah ini :


Disini saya contohkan isi IP seperti berikut :

Port yang digunakan : eth0
IP address : 192.168.1.2
IP netmask : 255.255.255.0
IP network : 192.168.1.0
IP broadcast : 192.168.1.255
IP gateway : 192.168.1.1

Perlu diingat IP bebas ditentukan. Setelah itu tekan Ctrl+O lalu tekan enter untuk menyimpannya, ketika sudah selesai tekan Ctrl+X untuk keluar dari GNU nano. Lalu restart jaringan dengan mengetikan perintah /etc/init.d/networking restart di terminal.

4.      Kedua, Install package DHCP terlebih dahulu dengan cara ketikan perintah apt-get install dhcp3-server


Ketika muncul pesan seperti ini, tekan enter.


5.      Ketiga, masuk ke dalam GNU nano editor untuk file dhcp3-server yang ada didalam folder dengan mengetikan perintah nano /etc/default/dhcp3-server maka akan muncul window GNU nano editor berikut ini :


Lalu sesuaikan port mana yang aktif dan digunakan untuk melakukan konfigurasi dhcp. Ingat tadi saya menggunakan port eth0. Setelah itu tekan Ctrl+O lalu tekan enter untuk menyimpannya, ketika sudah selesai tekan Ctrl+X untuk keluar dari GNU nano.

6.      Keempat, masuk ke GNU nano editor untuk file dhcpd.conf didalam folder dengan mengetikan perintah nano /etc/dhcp3/dhcpd.conf maka akan muncul window GNU nano editor berikut ini :


Konfigurasikan pada baris line mulai dibawah tulisan #A slightly different configuration for an internal subnet. Jangan lupa untuk menghapus tanda komentar “#” dari line subnet sampai }.
Isikan IP berikut ini :
subnet : 192.168.1.0
netmask : 255.255.255.0
range : 192.168.1.5(spasi)192.168.1.100
option routers : 192.168.1.2
option broadcast : 192.168.1.255

Subnet yang ada disitu merupakan  ip network dari yang sudah disetting pada langkah sebelumnya, lalu masukkan netmask yang sesuai dengan IP class yang kita gunakan. Pada bagian range masukkan IP awal dan IP akhir yang ingin kita gunakan sebagai IP host PC client dengan range nya dari dimulai dari 192.168.1.5 sampai 192.168.1.100. Isi Option routers dan samakan dengan IP address server, lalu pada bagian broadcast-address isi dan samakan dengan IP address kelas kita namun pada bagian hostnya kita ganti menjadi 255. Setelah itu tekan Ctrl+O lalu tekan enter untuk menyimpannya, ketika sudah selesai tekan Ctrl+X untuk keluar dari GNU nano.

Disini saya akan mencoba host client dari  PC / Laptop. Jadi dhcp server dari OS virtual, dan clientnya dari OS PC/Laptop. Caranya adalah sebagai berikut :

7.      Pastikan PC/Laptop anda tidak terkoneksi oleh jaringan apapun.

8.      Buka VMware tadi dan klik kanan pada OS yang sedang berjalan lalu pilih settings, sehingga akan muncul Virtual Machine Settings.

9.      Pilih Network adapter, lalu di Network connection pilih Custom dan pilih VMnet1(Host-only) seperti gambar berikut.

10.  Buka Control Panel\Network and Internet\Network and Sharing Center pada PC/Laptop anda lalu pilih VMware Network Adapter VMnet1

11.  Masuk ke menu properties TCP/IPv4 dan pilih Obtain an IP address automatically dan Obtain DNS server address automatically lalu klik OK, seperti gambar berikut :

12.  Jika kita sudah mengkonfigurasi file dhcp yang ada dan sudah mengkonfigurasi port jaringan di OS Windows dari PC/Laptop, balik lagi ke terminal virtual OS debian. Sekarang kita restart dhcp  servernya dengan mengetikan perintah /etc/init.d/dhcp3-server restart seperti gambar dibawah ini :

13.  Terakhir, Cek IP konfigurasi dan periksa apakah sudah benar atau belum. Untuk hasil yang sudah benar lihat gambar dibawah ini.

Terlihat IP host pada PC berubah berdasarkan IP Host yang sudah ditentukan oleh dhcp server.
Sekian tutorial pada postingan kali ini, apabila ada kesalahan dalam penyampaian tolong dimaafkan karena saya pun tak luput dari kesalahan. Apabila ada yang kurang jelas bisa komentar dibawah.. Semoga membantu J

Kamis, 08 Juni 2017

Komputasi Paralel


I.     Pengertian Komputasi Paralel
Pemrosesan Paralel atau parallel processing merupakan penggunaan lebih dari satu CPU untuk menjalankan sebuah program secara simultan. Idealnya, parallel processing membuat program berjalan lebih cepat karena semakin banyak CPU yang digunakan. Tetapi pada prakteknya, seringkali sulit membagi program sehingga dapat dieksekusi oleh CPU yang berbeda-beda tanpa berkaitan diantaranya.
Komputasi paralel adalah salah satu teknik melakukan komputasi secara bersamaan dengan memanfaatkan beberapa komputer independen secara bersamaan. Ini umumnya diperlukan saat kapasitas yang diperlukan sangat besar, baik karena harus mengolah data dalam jumlah besar ataupun karena tuntutan proses komputasi yang banyak.

Komputasi paralel membutuhkan :
Algoritma
Bahasa pemrograman
Compiler

II.  Arsitektur Komputasi Paralel
A. Berdasarkan simetrinya, multiprocessing dapat dibagi ke dalam:
1. Asymmetric Multiprocessing (ASMP)
2. Symmetric Multiprocessing (SMP)
3. Non-uniform memory access (NUMA) multiprocessing
4. Clustering

B. Berdasarkan jumlah instruksi dan datanya, dapat dibagi ke dalam (lihat Taksonomi Flynn)
Berikut gambar skema Taksonomi Flynn dan model pemrosesan parallel
Taksonomi Flynn


1. Komputer SISD (Single Instruction stream-Single Data stream)
Komputer ini memiliki hanya satu prosesor dan satu instruksi yang dieksekusi secara serial. Komputer ini adalah tipe komputer konvensional. 
Single Instruction stream-Single Data stream

2. Komputer SIMD (Single Instruction stream-Multiple Data stream)
Pada komputer SIMD terdapat lebih dari satu elemen pemrosesan yang dikendalikan oleh sebuah unit pengendali yang sama. Seluruh elemen pemrosesan menerima dan menjalankan instruksi yang sama yang dikirimkan unit pengendali, namun melakukan operasi terhadap himpunan data yang berbeda yang berasal dari aliran data yang berbeda pula. 
Single Instruction stream-Multiple Data stream


3. Komputer MISD (Multiple Instruction stream-Single Data stream)
Komputer jenis ini memiliki n unit pemroses yang masing-masing menerima dan mengoperasikan instruksi yang berbeda terhadap aliran data yang sama, dikarenakan setiap unit pemroses memiliki unit pengendali yang berbeda. Keluaran dari satu pemroses menjadi masukan bagi pemroses berikutnya. Belum ada perwujudan nyata dari komputer jenis ini kecuali dalam bentuk prototipe untuk penelitian. 
Multiple Instruction stream-Single Data stream

4. Komputer MIMD (Multiple Instruction stream-Multiple Data stream)
Pada sistem komputer MIMD murni terdapat interaksi di antara n pemroses. Hal ini disebabkan seluruh aliran dari dan ke memori berasal dari space data yang sama bagi semua pemroses. Komputer MIMD bersifat tightly coupled jika tingkat interaksi antara pemroses tinggi dan disebut loosely coupled jika tingkat interaksi antara pemroses rendah. 
Multiple Instruction stream-Multiple Data stream


III.   Bahasa Pemrograman pada Parallel Computation
A. MPI (Message Passing Interface)
Sebuah standard pemrograman yang memungkinkan pemrogram untuk membuat sebuah aplikasi yang dapat dijalankan secara paralel. Suatu standar protokol yang digunakan untuk pemrograman paralel dan terdistribusi.
Kelebihan MPI :
1.        Menyediakan fungsi-fungsi untuk menukar pesan.
2.       Menulis kode paralel secara portable.
3.       Mendapatkan performa yang tinggi dalam pemrograman paralel.
4.      Menghadapi permasalahan yang melibatkan hubungan data irregular atau dinamis yang tidak begitu cocok dengan model data paralel.
Kekurangan MPI :
1.        Tugas programmer semakin kompleks terkait detail komunikasi data.
2.       Mapping data struktur berbasis memori globlal bisa susah.

B. PVM (Private Virtual Machine)
Perangkat lunak yang memungkinkan sekumpulan komputer yang heterogen terlihat seperti satu sistem komputer paralel dan dapat digunakan sebagai sebuah sumber daya komputasi yang koheren. Istilah virtual machine mengacu pada konfigurasi komputer dengan memori tersebar, sedangkan istilah host ditujukan untuk komputer yang merupakan anggota dari virtual machine. Host dapat terdiri dari komputer yang berbeda-beda dan terpisah lokasinya secara fisik.

Komponen PVM
Berikut ini beberapa komponen PVM :
1. PVM daemon
Daemon dari PVM, atau disebut PVM daemon (pvmd). Daemon merupakan semacam program yang berjalan di “belakang” dan biasanya menangani program dari klien. Komponen ini berada pada setiap komputer yang terhubung dalam virtual machine. PVM Berguna untuk membentuk konfigurasi host dalam PVM dan mengkoordinir komunikasi antar host.
2. PVM libraries
Komponen ini berisi rutin-rutin antarmuka pemakai PVM untuk melakukan pengiriman pesan, pembuatan proses, koordinasi proses dan modifikasi virtual machine.Pustaka PVM ini memungkinkan adanya interaksi antar task, yang bisa dilakukan dengan menggunakan fungsi packing dan unpacking pesan.

Implementasi PVM
Secara umum, langkah implementasi komputasi parallel sebagai berikut:
1. Jalankan PVM daemon pada setiap mesin dalam cluster
2. Jalankan program master pada master daemon
3. Master daemon akan menjalankan proses slave.

IV.    Kelebihan Komputasi Paralel
Beberapa alasan yang menjadikan suatu program menggunakan komputasi paralel antara lain:
1.        Mempersingkat waktu eksekusi program yang menggunakan komputasi serial.
2.       Mendukung penyelesaian terhadap permasalahan secara cepat.Untuk komputasi yang sangat kompleks, terkadang sumber daya (resource) yang ada sekarang belum cukup mampu untuk
3.       Mengatasi adanya keterbatasan memori pada mesin untuk komputasi serial.
4.      Adanya sumber daya non-lokal yang dapat digunakan melalui jaringan lokal atau internet.
5.       Penghematan biaya pengadaan perangkat keras, dengan menggunakan beberapa mesin yang murah sebagai alternatif penggunaan satu mesin yang bagus tapi mahal, walaupun menggunakan P-Processor (Multicore).

V.       Kekurangan Komputasi Paralel
Penggunaan komputasi paralel sebagai solusi untuk mempersingkat waktu yang dibutuhkan, namun untuk eksekusi program mempunyai beberapa kekurangan berupa hambatan. 
Hambatan-hambatan tersebut antara lain adalah:
1.        Hukum Amdahl, yaitu percepatan waktu eksekusi program dengan menggunakan komputasi paralel tidak akan pernah mencapai kesempurnaan karena selalu ada bagian program yang harus dieksekusi secara serial.
2.       Hambatan yang diakibatkan karena beban jaringan, dalam eksekusi program secara paralel, prosesor yang berada di mesin yang berbeda memerlukan pertukaran data melalui jaringan. Untuk program yang dibagi menjadi task-task membutuhkan sinkronisasi, network latency (keterlambatan jaringan) menjadi masalah utama.
3.       Hambatan yang terkait dengan beban waktu untuk inisialisasi task, terminasi task, dan sinkronisasi.

VI.    Kesimpulan
Sekalipun didukung oleh teknologi prosesor yang berkembang sangat pesat, komputer sekuensial tetap akan mengalami keterbatasan dalam hal kecepatan pemrosesannya. Hal ini menyebabkan lahirnya konsep keparalelan (parallelism) untuk menangani masalah dan aplikasi yang membutuhkan kecepatan pemrosesan yang sangat tinggi, seperti misalnya prakiraan cuaca, simulasi pada reaksi kimia, perhitungan aerodinamika dan lain-lain.
Konsep keparalelan itu sendiri dapat ditinjau dari aspek design mesin paralel, perkembangan bahasa pemrograman paralel atau dari aspek pembangunan dan analisis algoritma paralel. Algoritma paralel itu sendiri lebih banyak difokuskan kepada algoritma untuk menyelesaikan masalah numerik, karena masalah numerik merupakan salah satu masalah yang memerlukan kecepatan komputasi yang sangat tinggi untuk memudahkan user dalam berinteraksi darisatu sistem ke sistem yang lain, dengan tujuan untuk membagi beban yang terdapat padasuatu sistem sehingga satu masalah dipecahkan secara bersama-sama. Dan keberhasilan pemrosesan paralel itu dapat dilihat dari kecepatan (speed up) yang diperoleh dari teknik paralel yang digunakan.

Sumber :
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11083648.pdf
https://www.scribd.com/doc/40938360/Makalah-Arkom-Paralel-Processing