Senin, 06 Januari 2014

KONFLIK BATIN


A.   Pengertian Konflik Batin

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, konflik batin merupakan pertentangan yang terdapat dalam hati yang disebabkan oleh adanya dua gagasan atau lebih atau keinginan yg saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga mempengaruhi tingkah laku seseorang.

B.   Faktor-faktor Penyebab Konflik Batin

1.    Kegagalan
Jika ada discrepansy atau jarak yang terlalu lebar antara cita-cita yang diinginkan dengan hasil yang sekarang dicapai, maka pasti akan timbul berbagai konflik batin dan stres, jarak ini menjadi hambatan bagi pencapaian kepuasan dan ketenangan batin, serta menimbulkan ketegangan-ketegangan eosional yang tidak menyenangkan.
2.    Kebimbangan dan Kebingungan
Jika timbul dua kehendak, dua pilihan, atau beberapa motif hidup yang saling bertentangan, maka kejadian ini menimbulkan banyak kebimbangan pada diri seseorang. Dan menjadi bingung, apatis, bahkan jadi putus asa. Jadi, orang tersebut dapat mengalami  frustasi. Mereka lalu tenggelam dalam dunia fantasinya, dan jadi pemimpi siang, yang berusaha mencapai cita-citanya dalam impian atau angan-angannya.
3.   Overprotection dari Orang Tua
Overprotection atau perlindungan  yang berlebihan dari orang orang tua. Kasih sayang orang tua yang melimpah ruah kepada anaknya, menjadikan anak tidak mampu berdiri sendiri dan tidak bisa mandiri , selalu dalam keragu-raguan dan ketakutan, merasa dirinya kurang tumbuh dan selalu merasa tidak percaya pada kemampuanya sendiri.
4.   Pengaruh Buruk Orang Tua
Keluarga memberikan pengaruh yang sangat menentukan pada pembentuanwatak dan kepribadian  anak. Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan stempel dan fundasi dasar bagi perkembangan anak. Maka tingakah laku kriminil orang tua atau salah seorang anggota anggota keluarga, hal ini dapat memberikan impact/pengaruh yang menular dan infeksius kepada lingkungannya.
5.   Broken Homes
Keluarga merupakan lembaga yang pertama dan terutama bagi anak tempat sosialisasikan dirinya. Bila dalam keluarga terjadi keretakan, maka akan timbul rentetan-rentetan masalah terutama bagi si anak. Batinnya akan tertekan dan menderita melihat perilaku orang tuanya. Akan ada rasa bersalah dan berdosa, serta malu terhadap lingkungannya.
6.   Cacad Jasmani
Anak anak yang memiliki cacat pada tubuhnya akan merasa malu dan menderita batinnya. Hari depan mereka terasa gelap, dipenuhi rasa rendah diri dan malu, ketakutan dan keragu-raguan. Perasaan harga diri kurang, serta hilangya ambisi untuk mencapai suatu prestasi tanpa pertolongan orang lain. Anak-anak akan merasa selalu gagal dalam segala usahanya, ada bayangan ketakutan, karena mereka menyangka orang lain mampu melakukan suatu tugas sedangkan dirinya tidak mampu melakukannya.
7.   Pengaruh Lingkungan Sosial yang Buruk
Kelompok anak muda yang terdiri atas anak-anak puber dan adolesns yang tengah kebingungan dan mengalami banyak konflik batin, stress dan ketegangan syaraf yang tidak bisa mereka pecahkan, ataupun anak yang kurang mendapat perhatian dari lingkungan sekitar, ditolak dari orang tuanya, atau merasa tersudut dan dilupakan. Mereka akan merasa sengsara  batinnya ini menggerombol dan mencari support moril dari teman-teman senasibnya. Dengan berkelompok mereka akan merasa lebih kuat, merasa aman dan bisa salinhg menghibur. Lalu mulailah mereka merancang kegiatan-kegiatan yang mentiranisir dan menteror lingkungannya lewat tindakan kriminil, asosial dan amoral.

C.   Cara Penyelesaian Konflik Batin

1.  Mengeluarkan dan membicarakan kesulitan
Jika ada satu masalah yang mengganggu anda, janganlah hal ini disimpan dan disembunyikan. Uraikan kesulitan tersebut pada orang yang anda percaya. Dengan demikian orang lain itu bisa ikut membantu anda dengan saran-sarannya dan ikut memecahkan kesulitan itu.
2.    Menghindari kesulitan untuk sementara waktu
Terutama jika anda menghadapi satu masalah yang berat dan sulit pelik, hindari atau tinggalkan untuk sementara waktu masalah tersebut. Jika anda tetap bersitegang hati hendak mengurus kesukaran dengan rasa yang gelap, maka hal ini akan merupakan satu penghumukan diri sendiri. Dan anda tidak akan mampu menemukan jalan keluar yang baik. Akan sia-sa sajalah usaha tersebut.
3.    Menyalurkan kemarahan
Kemarahan sebagai pola tingkah laku sering membuat anda jadi menyesal dan membuat diri anda jadi ketolol-tololan. Jika anda berhasrat menggempur seseorang dengan satu ledakan serangan kemarahan, cobalah menunda terjadinya ledakan tadi sampai esok hari. Dan pada itu, sibukkanlah diri sendiri. dengan menghapus kemarahan yang sudah hampir meletus, pastilah anda akan lebih mampu dan lebih siap menghadapi kesulitan secara intelegen dan rasional.
4.    Bersedia menjadi pengalah yang baik
Jika anda sering bertengkar dengan orang lain, selalu keras kepala dan mau menang sendiri, dan selalu mau menentang, ingatlah bahwa tingkah laku tersebut adalah kekanak-kanakan. Berpeganglah teguh pada pendirian sendiri, Sungguhpun jika anda benar-benar ada di pihak yang benar, adalah lebih mudah bagi anda sekiranya anda kadangkala bersedia mengalah.
5.    Berbuat suatu kebaikan untuk orang lain dan memupuk sosialitas/ kesosialan
Jika anda terlalu sibuk dengan diri sendiri atau terlalu terlibat dalam kesulitan-kesulitan sendiri, cobalah berbuat sesuatu demi kebaikan dan kebahagiaan orang lain. Hal ini akan menumbuhkan rasa harga diri, rasa berpartisipasi idalam masyarakat dan bisa memebrikan arti atau satu nilai hidup kepada anda.
6.    Jangan menganggap diri terlalu super
Curahkan segenap kemampuan anda dalam suatu usaha. Tapi jangan hendaknya anda membebani diri sendiri dengan satu tugas dan cita-cita yang sekiranya tidak akan sanggup anda capai. Dan janganlah percaya bahwa anda akan bisa mencapai satu kesempurnaan. Sebab kesempurnaan sejati itu hanya ada pada Tuhan.
7.    Menerima segala kritik dengan dada lapang
Ada orang yang terlalu banyak mengharap dari orang lain, dia akan merasa sangat kecewa dan mengalami frustasi jika ada orang lain yang tidak bisa memuaskan dirinya, terlebih lagi jika orang lain itu tidak sesuai dengan norma/ standard ukuran sendiri dan kemauannya. Maka ingatlah bahwa setiap pribadi mempunyai hak untuk berkembang sebagai individu yang unik, otonom, dan bebas. Karena itu demi peningkatan martabat sendiri, hendaknya kita menerima segala macam kritik dengan lapang dada demi perkembangan pribadi kita.

D.   Konflik Batin yang Pernah Saya Alami

Saya pernah mengalami beberapa konflik batin yang cukup membuat saya stres dan frustasi.
Yang pertama, sewaktu saya berumur 6 tahun dan waktu itu saya masih belajar di Taman Kanak-kanak (TK). Pada waktu itu saya mengalami kesedihan akibat konflik batin yang saya alami, yaitu saya merasa kurang di perhatikan oleh kedua orang tua saya. Kedua orang tua saya sibuk sekali dengan pekerjaan mereka sampai-sampai tidak ada waktu bagi mereka untuk saya dan kakak saya. Saya sudah terbiasa pulang sendiri dari TK ke rumah dan di tinggal sendirian di rumah tanpa adanya pembantu atau orang yang menemani saya. Karena pada saat saya sendirian, orang tua saya belum pulang kerja dan kakak saya juga belum pulang sekolah hingga sore hari. Padahal saya bukan tipe anak pemberani yang berani ditinggal dirumah sendirian. Sehingga pernah satu kali ketika saya sudah pulang dari TK, saya tidak berani untuk pulang ke rumah dan saya melamun sendirian hingga sore hari di depan TK saya hingga ayah saya mencari dan menjemput saya disana.
Akhirnya saya berfikir untuk menghilangkan konflik batin ini satu-satunya cara adalah menceritakan semua kepada kedua orang tua saya. Pada saat itu saya menangis dan menceritakan semua kenapa saya sampai tidak berani pulang ke rumah kepada orang tua saya. Setelah mendengar semuanya, akhirnya orang tua saya sadar dan mencari solusi agar saya tidak kesepian lagi yaitu dengan cara mengundang sepupu saya agar tinggal dirumah saya untuk menemani saya. Ini merupakan solusi yang baik tetapi tentu ini bukan solusi sebenarnya yang saya inginkan, namun saya berpikiran bahwa orang tua saya tidak bisa berhenti bekerja hanya karena menemani saya. Dan akhirnya saya pun sadar dan lebih menerima keadaan saya pada saat itu.

Konflik batin yang belum lama ini saya alami,
     Tepat pada tanggal 1 Januari lalu kucing peliharaan saya bernama Mumu mati karena sakit. Mungkin terlalu berlebihan buat anda jika saya menjadikan ini konflik batin pada diri saya. Ya mungkin bagi anda yang bukan pecinta kucing atau tidak memelihara kucing yang menilai ini secara berlebihan(lebay). Tapi tidak untuk saya, Mumu sudah saya anggap sebagai anggota keluarga dan sudah saya anggap sebagai adik saya sendiri. Oleh karena itu kehilangan dia merupakan pukulan berat buat saya yang sangat menyayangi dia.
     Hampir seminggu saya melamun dan selalu mengingat Mumu jika saya membuka foto-foto dirinya. Hal ini menjadi guncangan yang berat bagi hati saya. Setiap saya melihat kucing di jalan, saya selalu teringat Mumu. Akhirnya, demi menghilangkan konflik batin yang saya derita, saya coba berbagi cerita kepada teman saya yang kebetulan pecinta kucing dan ia juga memelihara kucing seperti saya. Dia sangat mengerti kesedihan yang saya alami. Mungkin karena dia juga pecinta kucing seperti saya. Dia menasehati saya agar tegar dan mencoba melupakan Mumu dengan menghapus seluruh kenangan bersama Mumu dan foto-foto Mumu. Meskipun berat, saya pun akhirnya mengikuti saran teman saya itu. Dan Alhamdulillah saya akhirnya bisa menghilangkan rasa sedih saya dan perlahan-lahan melupakan kesedihan tentang Mumu tetapi tetap tidak akan melupakannya karena dia adalah kucing kesayangan saya sampai kapanpun.

Sumber :

PELAPISAN SOSIAL DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

A. Pengertian Pelapisan(Stratifikasi) Sosial

- Aristoteles membagi masyarakat berdasarkan golongan ekonominya sehingga ada yang kaya, menengah, dan melarat.
-Prof.Dr.Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH.MA menyatakan  bahwa selama didalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai olehnya dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargainya makan barang itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.
-Vilfredo Pareto menyatakan bahwa ada 2 kelas yang senantiasa berbeda setiap waktu, yaitu golongan elite dan golongan non elite.
-Gaotano Mosoa, sarjana Italia. menyatakan bahwa di dalam seluruh  masyarakat dari masyarakat yang sangat kurang berkembang, sampai kepada masyarakat yang paling maju dan penuh kekuasaan dua kelas selalu muncul ialah kelas yang pemerintah dan kelas yang diperintah.
-Karl Marx, menjelaskan secara tidak langsung tentang pelapisan masyarakat menggunakan istilah kelas menurut dia, pada pokoknya ada 2 macam di dalam setiap masyarakat yaitu kelas yang memiliki tanah dan alat-alat produksi lainnya dan kelas yang tidak mempunyai dan hanya memiliki tenaga untuk disumbangkan di dalam proses produksi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelapisan sosial adalah pembedaan antar warga dalam masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial secara bertingkat. Wujudnya adalah terdapat lapisan-lapisan di dalam masyarakat diantaranya ada kelas sosial tinggi, sedang dan rendah.
Pelapisan sosial merupakan perbedaan tinggi dan rendahnya kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompoknya, bila dibandingkan dengan posisi seseorang maupun kelompok lainnya. Dasar tinggi dan rendahnya lapisan sosial seseorang itu disebabkan oleh bermacam-macam perbedaan, seperti kekayaan di bidang ekonomi, nilai-nilai sosial, serta kekuasaan dan wewenang.


B. Bentuk-Bentuk Stratifikasi Sosial

Dalam masyarakat terdapat berbagai bentuk stratifikasi sosial. Bentuk itu akan dipengaruhi oleh kriteria atau faktor apa yang dijadikan dasar. Berikut ini akan kita pelajari beberapa bentuk stratifikasi sosial menurut beberapa kriteria, yaitu ekonomi, sosial, dan politik.

a. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Ekonomi

Stratifikasi sosial dalam bidang ekonomi akan membedakan penduduk atau warga masyarakat menurut penguasaan dan pemilikan materi. Dalam hal ini ada golongan orang-orang yang didasarkan pada pemilikan tanah, serta ada yang didasarkan pada kegiatannya di bidang ekonomi dengan menggunakan kecakapan. Dengan kata lain, pendapatan, kekayaan, dan pekerjaan akan membagi anggota masyarakat ke dalam berbagai lapisan atau kelas-kelas sosial dalam masyarakat.

b. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Sosial dan Politik
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria politik berhubungan dengan kekuasaan yang dimiliki oleh anggota masyarakat, di mana ada pihak yang dikuasai, dan ada pihak yang menguasai.Kriteria ini menunjukkan adanya garis pemisah antara lapisan yang sifatnya bergerak sekali. Dalam hal ini kelahiran tidak menentukan kedudukan seseorang, melainkan yang terpenting adalah kemampuan yang dimilikinya dan kadang-kadang faktor keberuntungan.

C. Sifat-Sifat Stratifikasi Sosial 

a. Stratifikasi Sosial Tertutup (Close Social Stratification)
Sistem stratifikasi sosial tertutup ini membatasi atau tidak memberi kemungkinan seseorang untuk pindah dari suatu lapisan ke lapisan sosial yang lainnya, baik ke atas maupun ke bawah. Dalam sistem ini, satu-satunya jalan untuk masuk menjadi anggota dari suatu strata tertentu dalam masyarakat adalah dengan kriteria kelahiran. Dengan kata lain, anggota kelompok dalam satu strata tidak mudah untuk melakukan mobilitas atau gerak sosial yang bersifat vertikal, baik naik maupun turun. Dalam hal ini anggota kelompok hanya dapat melakukan mobilitas yang bersifat horizontal.

b. Stratifikasi Sosial Terbuka (Open Social Stratification)
Sistem stratifikasi sosial terbuka ini memberi kemungkinan kepada seseorang untuk pindah dari lapisan satu ke lapisan yang lainnya, baik ke atas maupun ke bawah sesuai dengan kecakapan, perjuangan, maupun usaha lainnya. Atau bagi mereka yang tidak beruntung akan jatuh dari lapisan atas ke lapisan di bawahnya. Pada sistem ini justru akan memberikan rangsangan yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat, untuk dijadikan landasan pembangunan dari sistem yang tertutup.

D. Keadaan Stratifikasi Sosial di Lingkungan RT Saya


Saya tinggal di Perum. Pondok Ungu Permai Blok G 18/21 RT 08/011.
Di lingkungan RT saya terdapat kurang lebih 60 KK yang masing-masing bekerja sebagai PNS,Pegawai Swasta,Wiraswasta,dan Pedagang. Di RT saya mayoritas bekerja sebagai PNS baik itu sebagai guru maupun sebagai pegawai di departemen-departemen negeri. Suku-suku masyarakat sekitar juga beraneka ragam, ada yang berasal dari suku Jawa, Padang, Batak, Papua, Sunda, Betawi yang mayoritas adalah suku Jawa termasuk kedua orang tua saya.
Keadaan Stratifikasi Sosial di RT adalah mayoritas kelas menengah berdasarkan kriteria ekonomi dan berdasarkan kriteria sosial politik, kami semua berada pada tingkatan yang sama karena di lingkungan kami tidak ada yang berasal dari kalangan pejabat,turunan ningrat(kerajaan), atau dari kalangan artis. Kami semua berasal dari warga Indonesia biasa yang memiliki keanekaragaman suku,budaya, pekerjaan yang beragam tetapi memiliki kesamaan Stratifikasi sosial sehingga di lingkungan RT saya, masyarakatnya hidup dengan nyaman,tentram, dan saling tenggang rasa antar bertetangga. Dengan demikian terciptalah rasa harmonis di kehidupan bertetangga di lingkungan RT saya.

Sumber :