PENGERTIAN
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP ANAK
Secara
etimologi, pola berarti bentuk, tata cara. Sedangkan asuh berarti menjaga,
merawat dan mendidik. Sehingga pola asuh berarti bentuk atau sistem dalam
menjaga, merawat dan mendidik. Jika ditinjau dari terminologi, pola asuh anak
adalah suatu pola atau sistem yang diterapkan dalam menjaga, merawat dan
mendidik seorang anak yang bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola
perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi negatif atau positif.
MACAM-MACAM POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP ANAK
Menurut Baumrind ( 1967 ), Pola asuh orang tua dikelompokkan menjadi 4 macam, yaitu :
1.
Pola Asuh Secara Demokratis
Pola asuh
secara demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan
tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini
bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau
pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersifat realistis terhadap
kemampuan anak, tidak berharap melebihi batas kemampuan sang anak. Orang tua
tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak-anaknya dalam hal memilih dan
melakukan sesuatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
2.
Pola Asuh Otoriter
Pola asuh
otoriter adalah kebalikan dari pola asuh demokratis, yaitu cenderung menetapkan
standar yang mutlak harus dituruti. Biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman.
Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe
ini juga cenderung memaksa, memerintah dan menghukum apabila sang anak tidak
mau melakukan apa yang di inginkan oleh orang tua. Orang tua tipe ini juga tidak
mengenal kompromi, dan dalam berkomunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang
tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti dan
mengenal anaknya
3.
Pola Asuh Permisif
Pola asuh
permisif atau pemanja biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar,
memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan
yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak
apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimingan yang diberikan oleh
mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat sehingga seringkali
disukai oleh anak.
4.
Pola Asuh Penelantar
Pola asuh
tipe yang terakhir ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat
minim pada anak-anaknya, waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi
mereka seperti bekerja. Dan kadangkala mereka terlalu menghemat biaya untuk
anak-anak mereka. Seorang ibu yang depresi adalah termasuk dalam kategori ini,
mereka cenderung menelantarkan anak-anak mereka secara fisik dan psikis. Ibu
yang depresi pada umumnya tidak mau memberikan perhatian fisik dan psikis pada
anak-anaknya.
DAMPAK / PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP ANAK
DAMPAK / PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP ANAK
1.
Pengaruh Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik
anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan
teman-temannya, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang
baru, dan kooperatif terhadap orang lain.
2.
Pengaruh Pola Asuh Otoriter
Pola asuh
otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup,
tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma-norma, berkepribadian
lemah, cemas dan terkesan menarik diri.
3.
Pengaruh Pola Asuh Permisif
Pola asuh
permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsif, agresif,
tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang matang secara
sosial dan kurang percaya diri.
4.
Pengaruh Pola Asuh Penelantar
Pola asuh
penelantar akan menghasilkan karakteristik anak yang moody, impulsif, agresif,
kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, self esteem ( harga diri ) yang
rendah, sering bolos dan sering bermasalah dengan teman-temannya.
POLA ASUH YANG DITERAPKAN OLEH ORANG TUA SAYA SERTA DAMPAK BAGI PROSES PENDEWASAAN SAYA
POLA ASUH YANG DITERAPKAN OLEH ORANG TUA SAYA SERTA DAMPAK BAGI PROSES PENDEWASAAN SAYA
Orang tua saya
cenderung menerapkan tipe pola asuh demokratis. Karena mereka cenderung memberi
kebebasan kepada saya untuk memilih dan melakukan hal/tindakan apapun. Misalnya
dalam hal menentukan apakah ingin melanjutkan kuliah atau ingin langsung
bekerja. Jika kuliah, jurusan apa yang saya inginkan. Untuk hal seperti ini orang
tua dan saya membicarakannya dalam suasana yang hangat, kekeluargaan, dan
saling menghargai & memahami.
Dalam hal pilihan
semacam ini, orang tua bersikap rasional (selalu mendasarinya pada rasio atau
pemikiran-pemikiran), sehingga pilihan saya tidak berlandaskan dengan unsur
keterpaksaan, misalnya saya melakukan sesuatu yang tidak sesuai dan dengan
keinginan saya. Orang tua saya tetap memprioritaskan kepentingan dan pilihan
saya tadi namun juga tetap memantau, mengawasi, bahkan mengendalikan saya
secara tidak langsung agar selama menjalankan pilihan saya tadi menjadi lebih
terarah sehingga dapat dimungkinkan tercapainya tujuan dan cita-cita yang saya inginkan. Dalam mencapai tujuan dan
cita-cita pun, orang tua saya bersifat realistis atau menyesuaikan dengan
kemampuan saya untuk mencapainya, terutama dalam soal nilai yang dapat saya
capai. Orang tua saya tidak berharap yang melebihi batas kemampuan saya.
Dengan memberikan
kebebasan kepada saya dalam memilih dan melakukan tindakan namun dengan
pengawasan dan pengendalian serta pendekatan rasional inilah diharapkan saya
selaku anak dapat lebih bertanggung jawab dan berpengaruh pada pendewasaan diri
saya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar